Belajar di saat Pandemi

         Pertama kali Presiden Jokowi mengumumkan di Indonesia terdapat kasus positif Covid 19 pada tanggal 2 Maret 2020, kepanikan terjadi pada masyarakat. Berita itu menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Saya adalah salah satu orang yang sangat khawatir. Berbagai kekhawatiran memenuhi pikiran saya. Apa yang harus saya lakukan?
        Saya berbagi kekhawatiran itu dengan peserta didik di sekolah. Bukan curhat! Tetapi lebih mengenalkan tentang apa virus itu, atau bagaimana mencegah penularannya. Karena saat itu informasi tentang virus Covid 19 belum semasif sekarang. 
        Saya berusaha menerangkan kepada siswa dengan cara sederhana. Saya meminjam bedak tabur peserta didik dan mengibaratkan bedak tabur itu adalah virus yang mereka dapat saat mereka bersentuhan atau memegang benda. Saya taburkan bedak di tangan kemudian saya sentuh pipi dengan tangan yang penuh dengan bedak tabur yang otomatis membuat pipi saya belepotan. Peserta didik tertawa melihat saya belepotan tetapi dengan itu mereka mengerti tentang penyebaran virus. 
        Beberapa peserta didik menanyakan hal-hal lucu. Bagaimana kalau mukanya gatal dan ingin menggaruk? Bagaimana kalau tidak ada air? Bagaimana cara bersalaman karena mereka ingin menghormati guru dan orang tua dengan bersalaman? Saya menjawab pertanyaan mereka dengan usaha sebaik mungkin.
        Tak berapa lama setelah itu Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur menetapkan libur Pandemi. Peserta didik belajar dari rumah. Saya terperangah. Apa yang harus saya lakukan? Saya 'kan gaptek? Waduh mesti belajar lagi nih! 
        Saya bertekad harus meninggalkan zona nyaman! Saya mulai mendalami cara belajar daring. Berbagai platform saya pelajari kembali. Ya, benar saya pelajari kembali karena sebelumnya saya sudah dapatkan ilmu itu dari teman sejawat. Tetapi saya abaikan. Saya belajar dari berbagai media, wa grup, google, dan youtube. Apabila merasa buntu saya bertanya kepada teman sejawat yang dengan murah hati berbagi ilmu.
        Hasil belajar itu saya terapkan dalam pembelajaran. Saya mulai melakukan pembelajaran daring. Pembelajaran itu saya lakukan dengan berbagai cara wa grup, google classroom, quizizz, dan zoon. Beberapa kesulitan saya temui seperti sulitnya mengakses peserta didik yang tidak aktif mengikuti pembelajaran daring dan yang malas mengerjakan tugas. 
        Dari kesulitan itu saya mempelajari tentang pentingnya kerjasama sekolah dengan orang tua peserta didik. Orang tua adalah pondasi keberhasilan pendidikan terutama di saat pandemi. Kerjasama orang tua dalam pembelajaran daring di antaranya dalam bentuk dukungan sarana dan prasarana. Yang tak kalah penting dukungan moril. Orang tua harus memotivasi peserta didik yang merasa terbebani dengan belajar daring dan memantau anaknya dalam belajar.      
        Usaha melakukan pembelajaran daring ini dilakukan pendidik sesuai anjuran pemerintah. Bahkan beberapa guru melakukan kunjungan ke peserta didik yang tidak mempunyai akses belajar daring.  Pendidik berusaha sebaik mungkin melaksanakannya.
        Jadi tidak benar kalau ada yang berpendapat "guru menerima gaji buta" . Mohon hargai usaha para pendidik yang mau meninggalkan zona nyaman dan berusaha melakukan pembelajaran semaksimal mungkin. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berdaya dengan Menerbitkan Buku dari PTK

Semangat Mengajar

Tips Menulis Om Jay