Berdaya dengan Menerbitkan Buku dari PTK

Resume Belajar Menulis Daring bersama Ibu Hati Nurahayu

        Berdasarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogik. Pada kompetensi profesional nomor empat disebutkan "Guru mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif". Tindakan yang dimaksud diantaranya adalah merefleksi pembelajaran dengan melaksanakan PTK.
        Jelaslah seorang guru harus menguasai dan melaksanakan refleksi pembelajaran dalam berbagai bentuk di antaranya melaksanakan PTK. Sebagai seorang guru PNS melaksanakan dan menulis PTK mempunyai manfaat lain yaitu memenuhi angka kredit untuk kenaikan pangkat. 
        PTK selain dapat dibuat jurnal juga dapat diterbitkan dalam bentuk buku. Hal itu sudah saya diketahui sejak lama tetapi saya belum mengetahui cara mengubah PTK menjadi sebuah buku. Untunglah saya mengikuti kelas belajar daring dan mendapat ilmu dari narasumber yang hebat Ibu Hati Rahayu.
        Dari narasumber saya mengetahui untuk membuat buku dari hasil PTK yang pertama kita lakukan adalah membaca banyak buku. Dengan kata lain Melek Baca Mahir Menulis, sama dengan yang dikatakan Om Jay pada belajar sebelumnya. Intinya seorang penulis hebat adalah seorang pembaca tangguh. Ya... pembaca tangguh karena saat ini terlalu banyak godaan lain sehingga seseorang malas membaca. Itu termasuk saya. Berat sekali membaca tetapi ringan sekali kalau menonton drakor.
        Selanjutnya cara mengubah PTK menjadi sebuah buku adalah dengan memperbanyak pembahasan variabel bebas dari PTK yang kita punya. Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Dalam PTK biasanya variabel bebasnya berupa metode atau media. Nah, agar buku kita menarik maka pembahasan tentang metode atau media yang kita gunakan dalam PTK harus kita dalami. Tetapi tentu saja kita harus mencari sumber yang relevan.
        Menurut Ibu Hati Nurahayu, buku yang hendak diterbitkan hendaknya mempunyai minimal 70 halaman dalam ukuran kertas a5. Wah, banyak juga ya! Catatan dari narasumber tidak semua bagian dari PTK kita yang dimasukan ke dalam buku! Bagian yang tidak dimasukkan di antaranya adalah pendahuluan. Pastilah ya, karena dalam pendahuluan biasanya berisi curhat penulis tentang pembelajarannya yang tidak berhasil. Jadi apa yang harus kita tambah? Ya itu tadi variabel bebasnya. Misal kalau media yang merupakan variabel bebas kita maka kita akan tambahkan pengertian, manfaat, dan jenis media tersebut.  Begitu pula apabila PTK kita varabel bebasnya metode.
        Nah yang tidak kalah penting menurut narasumber adalah buku kita harus fokus. Maksudnya jangan meluas. Agar tidak meluas kita dapat menyesuaikan pembahasan buku kita dari kata kunci PTK kita. Atau dengan kata lain kita lebih mendalam dalam membahas tindakan yang kita lakukan. Dengan pembahasan mendalam maka buku kita akan menarik.
        Terakhir narasumber menekankan apabila mengubah KTI yang dibuat menjadi sebuah buku maka akan menambahkan kebermanfaatan dari penelitian kita. Daripada kita berbagi file PTK kita maka akan lebih baik kalau kita memberikan buku hasil KTI kita. KTI kita akan dibukukan dan memiliki ISBN sehingga tak lekang oleh waktu kebermanfaatannya. Mari berdaya dengan menerbitkan buku dari hasil karya tulis ilmiah yang kita punya. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangat Mengajar

Cerpen Tentang Belajar Jarak Jauh